Sunday, July 24, 2011

Halaqah Sebagai Sarana Pembentukan Pribadi Muslim


Halaqah merupakan sarana tarbiyah yang paling tepat dalam hal pembentukan pribadi muslim yang tangguh. Halaqah dibentuk dengan membuat kelompok kecil yang kemudian dibina oleh seorang murabbi dan dilakukan secara berkesinambungan. Halaqah layaknya sebuah sekolah, dimana dengan halaqah, kita dapat mengkaji ilmu, bertukar pikiran, bertanya, dan saling ingat mengingatkan dalam berbuat kebajikan.

Mengapa halaqah kemudian menjadi suatu sarana yang penting? Karena di dalam sebuah halaqahlah seorang pribadi dibentuk secara intensif, di dekati secara personal dan lebih mendalam, sehingga dalam sebuah kelompok terjalin suatu ukhuwah yang sangat erat. Halaqah jauh lebih efektif dibandingkan dengan kajian islam dalam jumlah besar, karena penyampaian materinya pun akan lebih mudah diserap, antara mutarabbi dan murabbi. Murabbi dapat lebih memastikan apakah materi yang disampaikannya dapat tersampaikan dengan baik pada mutarabbinya. Hal ini berbeda dalam sebuah kajian, dimana belum tentu seluruh orang yang hadir dalam kajian tersebut dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik.

Selain itu pula, biasanya halawah dibentuk berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya menurut golongan umur. Halaqah untuk pelajar, mahasiswa, dan lainnya. Pengelompokan ini membuat materi yang disampaikan menjadi lebih tepat karena dapat disesuaikan dengan karakteristik dari para mutarabbi. Contohnya, sekelompok halaqah untuk mahasiswa, maka materi yang disampaikanpun yang berkenaan seputar kehidupan tentang mahasiswa. Dengan demikian halaqah menjadi sangat efektif dalam pembinaan kepribadian.

Di dalam sebuah halaqah seorang individu dapat dibiasakan dengan berbagai kebiasaan yang baik, baik dalam beribadah secara vertikal (langsung kepada Allah, seperti sholat, qiyamul lail, puasa dan lainnya) maupun secara horizontol, seperti bersedekah, belajar, membaca buku, berolahraga, dan lain sebagainya. Dalam sebuah kelompok halaqah ini kemudian terjadi interaksi untuk saling mengingatkan dalam menjalankan kebaikan, sehingga satu sama lain terpacu untuk saling menjaga.

Halaqah yang dilaksanakan, tidak hanya berjalan begitu saja tanpa adanya tuntunan dan aturan-aturan yang jelas. Halaqah haruslah menunaikan rukun-rukun agar tujuan dari tarbiyah dapat tercapai. Adapun tujuan yang harus di targetkan dalam setiap halaqah yaitu: ta’aruf, tafahum, dan takaful.

Ta’aruf adalah proses saling mengenal, yang merupakan awal dari halaqah, sehingga dengan mengenal ukhuwah yang terjalin menjadi lebih erat. Sebagaimana pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW bahwa muslim yang satu dan muslim lainnya adalah bersaudara bagaikan satu tubuh, sehingga jika saudaranya mengalami suatu musibah saudaranya yang lain akan turut berduka dan membantu. Demikian ta’aruf menjadi sangat penting untuk memulai sebuah halaqah yang indah dan islami. Ta’aruf melingkupi saling mengenal berkaitan dengan hal-hal yang secara fisik, seperti: namanya, tempat tanggal lahirnya, hobinya, hal-hal yang tidak disukainya, alamat rumahnya, keluarganya, asal usulnya, dan lain sebagainya.

Berikutnya adalah Tafahum yaitu proses saling memahami, tafahum ini berfungsi untuk menghilangkan berbagai macam faktor yang mungkin akan menyebabkan retaknya hubungan atau ukhuwah, membangun perasaan cinta kasih kepada sesama, dan berlembut hati antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya tafahum, maka akan muncul pengertian dalam menyikapi berbagai macam perbedaan. Tafahum juga merupakan proses penerimaan satu dengan yang lainnya dengan apa adanya, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain, dan senantiasa menumbuhkan cinta karena Allah SWT. Tafahum juga akan memberikan dampak berupa bekerja demi mencapai kedekatan paradigma.

Yang ketiga adalah takaful yaitu proses saling berbagi beban. Dalam hal ini berarti menanggung beban bersama-sama, saat ada saudara yang sedang mendapatkan beban berat dalam hidupnya, maka saudara yang lainnya akan membantu untuk meringankan bebannya. Di dalam halaqah inilah kita dilatih untuk saling memikul beban secara bersama-sama. Tidak akan berpangku tangan saat melihat saudaranya sedang bekerja keras, tidak akan tidur dengan tenang saat saudaranya sedang dilanda musibah. Takaful dapat dicapai saat ta’aruf dan tafahum telah tertanam dalam hati masing-masing pribadi muslim.

Ketiga rukun ini kemudian secara perlahan akan di aplikasikan di lingkungan yang lebih luas, diluar dari sekedar kelompok halaqah. Di dalam sekolah, misalnya, dapat di terapkan ta’aruf, tafahum, dan takaful dengan cara yang indah. Maka dengan begitu kebaikan dari islam itu dapat dirasakan oleh orang lainnya.

Begitu urgennya sebuah halaqah dalam pembinaan kepribadian, maka halaqah ini kemudian menjadi sentra dakwah yang sangat efektif. Namun adakalanya halaqahpun tidak berjalan dengan baik, dikarenakan sang murabbi kurang memahami bagaimana memfasilitasi para mutarabbinya untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Selain itu pula, biasanya mutarabbi sulit menerima materi yang diberikan di karenakan berbagai macam alasa, seperti latar belakang pendidikan, prinsip budaya dan lain sebagainya.

Untuk itulah, cukup penting untuk menetapkan adab-adab dalam mengikuti halaqah agar manfaat dan fungsinya dapat berjalan dengan baik. Adapun adab-adab dalam halaqah dibagi menjadi 7 oleh Dr. Abdullah Qodiri, yaitu:
  1.      Serius
  2.      Berkemauan keras
  3.      Istiqamah
  4.      Jauh dari ta;asuh
  5.      Jauh dari Ghibah
  6.      Melakukah Ishlah
  7.     Tidak menyia-nyiakan waktu halaqah

Dengan mengikuti adab-adab tersebut, dan terus berusaha meluruskan niat, dan senantiasa berdoa kepada ALLAH SWT agar hati kita senantiasa terjaga, maka fungsi dari halaqah insyaAllah dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuang dari halaqah dapat terwujud, yaitu mencetak pribadi-pribadi muslim yang tangguh, kompeten, dan berakhlak mulia.

No comments:

Post a Comment