Sunday, July 24, 2011

Resume Buku (Part I)




Assalammualaikum wr wb :)
kali ini mencoba posting sebuah resume buku yang aku buat :)
Buku ini keren menurutku, buku karya Abbas As Siisi dengan judul Bagaimana Menyentuh Hati,..

Lebih lanjut teman-teman akan lebih paham dan tertarik jika baca bukunya langsung :) :)



Bagaimana Menyentuh Hati

Buku karya Abbas As-Siisi yang berjudul Bagaimana Menyentuh Hati adalah sebuah buku yang berisikan kiat-kiat untuk memikat objek dakwah dengan cara yang sangat islami yaitu menebar cinta dan kasih sayang hingga akhirnya mampu memikat hati seorang individu untuk turut dalam kebaikan. Mengajak pada kebaikan merupakan dakwah yang menjadi tugas setiap muslim/muslimah.sebagaimana diketahui, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Kemudian dengan kabaikan itu akan merubah orientasi hidup seorang individu menjadi lebih baik yaitu mengarah pada ke-ridhoan Ilahi Rabbi.

Hakikat mengajak kepada kebaikan adalah memberikan pengaruh kepada orang lain, terutama kepada objek dakwah, dan suatu pengaruh itu tidak akan berakar hingga ke dalam lubuk hati seseorang jika tidak dilakukan dengan pendekatan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana yang telah Rasulullah contohkan kepada umatnya, tidak ada satupun langkah dakwah Beliau yang dilakukan tanpa adanya penyertaan cinta dan kasih sayang.

Buku ini hadir untuk mengupas dan mengingatkan kita kembali akan langkah-langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk menyentuh hati –terutama objek dakwah (mad’u). Berbicara mengenai menyentuh hati berarti berbicara mengeni pendekatan personal kepada satu-satu individu. Dalam buku Bagaimana Menyentuh Hati di jelaskan urgensi dari pendekatan kepada objek dakwah yang dilakukan secara personal.

Individu adalah elemen utama dalam terbentuknya suatu masyarakat, untuk membangun sebuah masyarakat yang madani dibutuhkan individu-individu yang berkualitas. Tidak hanya berkualitas dalam intelejensi ataupun materi, namun lebih dari itu semua berkualitas dari segi akhlak dan aqidah. Dengan terbinanya akhlak dan aqidah yang kokoh pada individu-individu muslim/muslimah maka akan terbentuk pula suatu tatanan masyarakat yang madani.

Terlebih di dalam periode dunia seperti sekarang ini, dimana begitu banyak musuh-musuh islam yang terus menerus berusaha untuk menjatuhkan islam. Akhlak kapitalis yang telah meracuni banyak masyarakat bahkan termasuk para pemuda/pemudi islam yang menjadi tonggak dakwah utama menciptakan dunia yang banyak menyebar kemaksiatan. Untuk itu, dalam buku Abbas As-Siisi ini dikatakan bahwa kita harus memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu, kemudian mengajak orang lain untuk melangkah bersama.

Mengajak orang lain dengan sentuhan hati, menularkan kasih sayang dan cinta kasih, merupakan oase dalam padang materialis. Siapapun itu, tidak akan ada yang pernah menolak kebaikan orang lain yang diberikan dengan cinta dan kasih sayang, kecuali hatinya telah ditutup oleh ALLAH SWT.

Buku ini, mengajarkan pada kita bagaimana untuk berbagi kebaikan itu dalam naungan kasih sayang yang indah sebagai jawaban atas rintangan dakwah yang kita hadapi. Di sebutkan bahwa terdapat tiga golongan manusia, yaitu:
  1.      Manusia yang berperilaku dengan akhlak Islamiyah
  2.      Manusia yang berperilaku dengan akhlak Asasiyah
  3.      Manusia yang berperilaku dengan akhlak Jahiliah

Dijelaskan dalam buku ini bahwasanya golongan manusia pada nomor satu adalah yang hendaknya didahulukan untuk diajak dalam kebaikan, kemudian golongan manusia yang bernomor dua, hingga akhirnya pada golongan ketiga.

Dijelaskan pula bagaimana seharusnya kita memulai suatu hubungan yang baik dengan sesama, sebagai jalan utama dan pertama untuk ajakan berikutnya, seperti bagaimana urgensi menghafalkan nama dari individu yang baru kita temui, ataupun menyampaikan salam pertama kali kepada saudara kita, menjabat tangan saudara kita dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, menebar senyuman dengan ikhlas, memberikan hadiah di moment-moment tertentu kepada saudara kita, memanggil nama saudara kita dengan panggilan yang disukai, berpenampilan baik, rapi, dan sopan, dan sebagainya.

Langkah-langkah sederhana diatas dijelaskan dengan jelas dalam buku ini bahwa dapat memberikan pengaruh yang sangat berarti bagi individu yang dihadapinya. Langkah-langkah sederhana diatas adalah bentuk kasih sayang terhadap sesama. Tidak memandang siapapun orangnya. Digambarkan seperti keadaan di dalam sebuah masjid, dimana semua orang yang berada di dalam masjid tersebut di pandang sama dan juga diperlakukan sama baiknya. Hal ini selaykanya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di luar masjid. Janganlah memandang seseorang karena profesinya, karena latar belakang keluarganya, asal daerahnya, ataupun yang lainnya, tetapi pandanglah ia sebagai seorang saudara, seorang sahabat. Bukankah di dalam pandangan ALLAH SWT seluruh manusia di muka bumi ini berkedudukan sama? Yang membedakan adalah ketakwaannya. Maka sudah seharunya kita bercermin, dan mengingatkan diri kira sendiri, sudahkah kita memperlakukan saudara kita dengan perasaan cinta yang sama?

Memuliakan orang lain adalah kewajiban kita, sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surah Al-Isra ayat 70;
“Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang senpurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”

Untuk itu kita berkewajiban untuk memuliakan saudara kita yang lain. Menganggap semua orang yang kita hadapi adalah orang yang penting, sehingga terbersit perasaan sombong diri ataupun meremehkan orang lain.
Sebagai seorang yang ingin mengajak kepada kebaikan, sudah tentu sangat lumrah jika memberikan keteladanan terlebih dahulu. Selain memperlakukan orang lain dengan cara yang sama baiknya, sopan, ramah, penuh cinta dan kasih sayang, namun juga perlu untuk menghiasi diri dengan akhlak islamiah.

Di contohkan dalam buku ini bahwa membantu saudara yang lainnya, terutama yang membutuhkan pertolongan merupakan sarana yang cukup ampuh untuk menyentuh hatinya. Hati dapat merasakan getaran cinta dan kasih sayang jika kita memberikannya dengan tulus ikhlas hanya mengharapkan ridho ALLAH SWT saja. Jika hati ini telah ditundukan, maka sangat mudah untuk membimbing serta pemikiran perilaku dan akhlaknya ke arah yang lebih baik.

Setelah segala usaha yang kita lakukan, maka seyogyanya kita berdoa kepada ALLAH SWT untuk senantiasa menjaga hati kita, dan membersihkan hati kita dari berbagai penyakit hati yang mungkin datang meracuni. Mendoakan saudara kita lainnya juga merupakan suatu contoh yang di sampaikan Rasulullah, karena betapapun kita berusaha mengajak orang lain untuk melangkah dalam kebaikan, hanya ALLAH SWT sajalah yang berkuas untuk menurunkan hidayah-Nya dengan membalikan hati seseorang.

Halaqah Sebagai Sarana Pembentukan Pribadi Muslim


Halaqah merupakan sarana tarbiyah yang paling tepat dalam hal pembentukan pribadi muslim yang tangguh. Halaqah dibentuk dengan membuat kelompok kecil yang kemudian dibina oleh seorang murabbi dan dilakukan secara berkesinambungan. Halaqah layaknya sebuah sekolah, dimana dengan halaqah, kita dapat mengkaji ilmu, bertukar pikiran, bertanya, dan saling ingat mengingatkan dalam berbuat kebajikan.

Mengapa halaqah kemudian menjadi suatu sarana yang penting? Karena di dalam sebuah halaqahlah seorang pribadi dibentuk secara intensif, di dekati secara personal dan lebih mendalam, sehingga dalam sebuah kelompok terjalin suatu ukhuwah yang sangat erat. Halaqah jauh lebih efektif dibandingkan dengan kajian islam dalam jumlah besar, karena penyampaian materinya pun akan lebih mudah diserap, antara mutarabbi dan murabbi. Murabbi dapat lebih memastikan apakah materi yang disampaikannya dapat tersampaikan dengan baik pada mutarabbinya. Hal ini berbeda dalam sebuah kajian, dimana belum tentu seluruh orang yang hadir dalam kajian tersebut dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik.

Selain itu pula, biasanya halawah dibentuk berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya menurut golongan umur. Halaqah untuk pelajar, mahasiswa, dan lainnya. Pengelompokan ini membuat materi yang disampaikan menjadi lebih tepat karena dapat disesuaikan dengan karakteristik dari para mutarabbi. Contohnya, sekelompok halaqah untuk mahasiswa, maka materi yang disampaikanpun yang berkenaan seputar kehidupan tentang mahasiswa. Dengan demikian halaqah menjadi sangat efektif dalam pembinaan kepribadian.

Di dalam sebuah halaqah seorang individu dapat dibiasakan dengan berbagai kebiasaan yang baik, baik dalam beribadah secara vertikal (langsung kepada Allah, seperti sholat, qiyamul lail, puasa dan lainnya) maupun secara horizontol, seperti bersedekah, belajar, membaca buku, berolahraga, dan lain sebagainya. Dalam sebuah kelompok halaqah ini kemudian terjadi interaksi untuk saling mengingatkan dalam menjalankan kebaikan, sehingga satu sama lain terpacu untuk saling menjaga.

Halaqah yang dilaksanakan, tidak hanya berjalan begitu saja tanpa adanya tuntunan dan aturan-aturan yang jelas. Halaqah haruslah menunaikan rukun-rukun agar tujuan dari tarbiyah dapat tercapai. Adapun tujuan yang harus di targetkan dalam setiap halaqah yaitu: ta’aruf, tafahum, dan takaful.

Ta’aruf adalah proses saling mengenal, yang merupakan awal dari halaqah, sehingga dengan mengenal ukhuwah yang terjalin menjadi lebih erat. Sebagaimana pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW bahwa muslim yang satu dan muslim lainnya adalah bersaudara bagaikan satu tubuh, sehingga jika saudaranya mengalami suatu musibah saudaranya yang lain akan turut berduka dan membantu. Demikian ta’aruf menjadi sangat penting untuk memulai sebuah halaqah yang indah dan islami. Ta’aruf melingkupi saling mengenal berkaitan dengan hal-hal yang secara fisik, seperti: namanya, tempat tanggal lahirnya, hobinya, hal-hal yang tidak disukainya, alamat rumahnya, keluarganya, asal usulnya, dan lain sebagainya.

Berikutnya adalah Tafahum yaitu proses saling memahami, tafahum ini berfungsi untuk menghilangkan berbagai macam faktor yang mungkin akan menyebabkan retaknya hubungan atau ukhuwah, membangun perasaan cinta kasih kepada sesama, dan berlembut hati antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya tafahum, maka akan muncul pengertian dalam menyikapi berbagai macam perbedaan. Tafahum juga merupakan proses penerimaan satu dengan yang lainnya dengan apa adanya, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain, dan senantiasa menumbuhkan cinta karena Allah SWT. Tafahum juga akan memberikan dampak berupa bekerja demi mencapai kedekatan paradigma.

Yang ketiga adalah takaful yaitu proses saling berbagi beban. Dalam hal ini berarti menanggung beban bersama-sama, saat ada saudara yang sedang mendapatkan beban berat dalam hidupnya, maka saudara yang lainnya akan membantu untuk meringankan bebannya. Di dalam halaqah inilah kita dilatih untuk saling memikul beban secara bersama-sama. Tidak akan berpangku tangan saat melihat saudaranya sedang bekerja keras, tidak akan tidur dengan tenang saat saudaranya sedang dilanda musibah. Takaful dapat dicapai saat ta’aruf dan tafahum telah tertanam dalam hati masing-masing pribadi muslim.

Ketiga rukun ini kemudian secara perlahan akan di aplikasikan di lingkungan yang lebih luas, diluar dari sekedar kelompok halaqah. Di dalam sekolah, misalnya, dapat di terapkan ta’aruf, tafahum, dan takaful dengan cara yang indah. Maka dengan begitu kebaikan dari islam itu dapat dirasakan oleh orang lainnya.

Begitu urgennya sebuah halaqah dalam pembinaan kepribadian, maka halaqah ini kemudian menjadi sentra dakwah yang sangat efektif. Namun adakalanya halaqahpun tidak berjalan dengan baik, dikarenakan sang murabbi kurang memahami bagaimana memfasilitasi para mutarabbinya untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Selain itu pula, biasanya mutarabbi sulit menerima materi yang diberikan di karenakan berbagai macam alasa, seperti latar belakang pendidikan, prinsip budaya dan lain sebagainya.

Untuk itulah, cukup penting untuk menetapkan adab-adab dalam mengikuti halaqah agar manfaat dan fungsinya dapat berjalan dengan baik. Adapun adab-adab dalam halaqah dibagi menjadi 7 oleh Dr. Abdullah Qodiri, yaitu:
  1.      Serius
  2.      Berkemauan keras
  3.      Istiqamah
  4.      Jauh dari ta;asuh
  5.      Jauh dari Ghibah
  6.      Melakukah Ishlah
  7.     Tidak menyia-nyiakan waktu halaqah

Dengan mengikuti adab-adab tersebut, dan terus berusaha meluruskan niat, dan senantiasa berdoa kepada ALLAH SWT agar hati kita senantiasa terjaga, maka fungsi dari halaqah insyaAllah dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuang dari halaqah dapat terwujud, yaitu mencetak pribadi-pribadi muslim yang tangguh, kompeten, dan berakhlak mulia.

Monday, July 4, 2011

Jadilah Sahabat Bumi






Pernahkah sejenak kita tersadar betapa alam yang berada disekeliling kita begitu berharga dalam hidup kita? Dengan mudahnya kita dapat bernafas, melihat karena adanya sinar matahari, merasakan kesegaran air, dan berbagai hal lain yang telah menyokong kehidupan kita selama ini. Namun, bagi sebagian orang, kenikmatan tersebut tidak pernah disadari, entah karena telah terbiasa dan tidak pernah merasakan hidup tanpa udara, air, dan cahaya, atau memang sengaja menutup hati dari anugrah Tuhan yang tak terkira dalam hidupnya.

Sahabatku, bumi tempat kita berpijak adalah titipan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bumi diciptakan Tuhan untuk menyokong kehidupan kita. Tetapi berapa banyak kita telah mengotori bumi? Tanpa sadar kita telah banyak melukai bumi yang dititipkan Tuhan untuk kita jaga. Banyak tindakan kita yang mencerminkan sifat tak tahu berterimakasih pada alam yang telah menyokong kita, tidak bersyukur pada pemberian Tuhan kepada kita.
Oleh karena itu, mari sahabat kita rubah pandangan dan pola hidup kita yang selama ini telah melukai alam tempat kita berpijak. Tentu kita tidak dapat melakukan segala hal untuk alam ini, namun bukan berarti kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk alam kita. Tidak perlu memaksakan diri melakukan hal-hal yang berat dan mustahil, dengan tindakan-tindakan kecil yang secara kontinyu terus kita lakukan sembari terus memperbesar langkah dalam setiap tindakan kita, maka kita dapat menyelamatkan bumi kita tercinta.

Hal-hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya, membuang sampah pada tempatnya, tidak serta merta membuang plastik, kertas, botol, dan segala yang bisa didaur ulang dengan sembarang, melainkan memberikan kepada pemulung atau pengumpul barang bekas untuk dijual atau digunakan lagi. Kita juga bisa menolong bumi dengan menghemat penggunaan listrik. Seperti matikan lampu kamar saat tidak digunakan, matikan listrik saat meninggalkan kos, menggunakan air secara proporsional,dll. Memelihara lingkungan tempat tinggal kita dengan menjaga kebersihannya, menanami berbagai tanaman hidup untuk menjadi filter oksigen, dsb.

Tindakan sederhana tersebut terlihat sepele namun syarat akan makna bagi bumi kita. Jangan menunggu dan hanya melihat orang lain yang melakukannya, tapi mari kita bergabung menjadi sahabat bumi dengan menjaga pola hidup yang hijau dan sehat.
Semua itu dapat  terlaksana dengan mudah jika ada kesadaran yang tumbuh dalam hati kita. Tidak peduli berapa usiamu, seberapa dalam pengetahuanmu, atau seberapa hebat kamu, namun jika didalam hati kita tidak ada kesadaran untuk bertindak, menyelamatkan bumi ini, maka seluruh tindakan “go green” seperti itu akan sangat sulit dilakukan.

Mulailah tumbuhkan kepekaan hatimu terhadap semesta, lakukanlah hal-hal kecil dengan penuh keikhlasan. Niscaya langkah-langkah kecil yang dilakukan secara bersama-sama akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi bumi kita.

Ingatlah sahabat, Tuhan menitipkan alam raya ini untuk kita jaga dan kita cintai. Bersyukurlah atas anugrah indah ini dengan menjaga alam di sekitar kita. Mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulailah saat ini juga, dan jadilah sahabat bumi. J

Sunday, July 3, 2011

International Scholarship; Dream of The Future


Dear readers,..

Last weekends I was invited by one of employee of central statistical bureau of Indonesia for joining such of “halal bihalal” in his house. Of course, I was gladly going there. Well, there I met some other employees of central statistical bureau, some of them shared a very good topic to me.
Some of them just graduated their master degree in Australia. One of them is Mba Dyah whom I close to her enough.. She told me some tips and tricks to gain a full scholarship abroad, specially in Australia.

So, this is the topic. She told me much about what should be prepared if you want to gain your master degree abroad with a full scholarship. First time we hear about scholarship, maybe the first though come up to our mind is “we should be clever”. Yes, this sounds right. But, the point of “clever” is not just from the school grade as GPA (or mostly known as “IPK”) or even the predicate of top ten that commonly promoted to work at central statistical bureau of Indonesia directly. She told me that to gain a scholarship, those things are mostly unused. At least, if we got a standar GPA (it’s about 3,00 more at least) we pass the first qualification.

The second one that we have to prepare is mentality. Studying abroad dares you to have a very good skill in public speaking and working in team. These kinds of skills require a long term training. And it should start now if we want to have this good skills. She also told me that joining an organization is also good to improve these skills.

Some of us may think that spending a full day to study about all the subject of statistics is the best way to gain a better future. But, she told me the real that all those are mostly unused when we come into statistical bureau. Work in team is the basic skill that have to comprehend most. This skill is not only used while working, but also we have to comprehend this to gain a scholarship.

Public speaking is also very usefull to support our carrier latter. Especially to pass the interview test, we will be dared to deliver a presentation about one topic, and some adjudicators will ask you with a deadly question. Once we fail to give them a confidence answer, we can’t pass the test then. That’s why we got to train ourselves to be capable on doing those.

The last thing that we got to be capable in is the English. She told me times, that this is the most important thing we got to comprehend. As we know all of the international scholarship requires International TOEFL (IBT or PBT, but right now mostly require IELTS specially universities in Ned/Europe). The minimum standar for this is about 520 more (for TOEFL) or 5,5 more (for IELTS).

It should be right now to prepare ourselves, she told me. The first reason is because when we work latter in statistical bureau, sometime we will be so busy to do many jobs, and it sometime limit our time to learn English seriously. The second one is because we are in Jakarta, a place where we can find a lot community or a proffesional teacher that willingly teach us well about English.

Let’s see how she gained scholarship in Australia trhough ADS (Australian Development Scholarship)!
After graduated from Statistical Institute of Indonesia (STIS), she got to work in a little and “remote” area in Lampung. She told me that the electricity would off at 7 pm everyday, no mall, no cinema, etc. But working there was unforgetable experience for her.

She started to work hard, and learned every single thing in the office. At the spare time, she learned English. At the third year of her job, she applied in ADS. And she succeed. She waited an invitation to get IELTS test at the fourth year (just after worked for four years, we are allowed to get the master degree). And finally she succeed in every layers of test.

She told me, she’s not the clever at her periode. But she willingly to study hard, work hard, and serve the institution well. And her good aim proofed, brought her a good chance that not all of the people get.

Never give up and keep holding your dream will give us unlimited power to make our dream come true.